“Bila hipertensi dapat dicegah sejak usia 30-an, maka ini  bisa meningkatkan kualitas hidup setiap orang hingga usia lanjut. Agar target ini tercapai, konsumsi obat saja tidak cukup. Penderita hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Sayangnya, masih banyak gaya hidup orang Indonesia yang justru rentan memicu hipertensi,” ujar dr. Bambang Widyantoro, Sp.JP, PhD dalam konferensi pers ” Tingkatkan Kesadaran Akan Hipertensi melalui Pengukuran Tekanan Darah secara Rutin di Rumah” yang diadakan oleh Omron Healthcare Indonesia, Selasa (07/08) lalu.

 

Lalu, kebiasaan tidak sehat apa saja yang memicu hipertensi dan menjadi kebiasaan orang Indonesia?

1. Orang Indonesia Mengonsumsi Makanan Tinggi Garam

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Padjajaran di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, serta studi dari Universitas Indonesia di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, diketahui bahwa pola makan yang biasa dilakukan oleh masyarakat sangat kaya garam dan tinggi kandungan MSG. Pada masyarakat pedesaan, mereka banyak yang terkena hipertensi akibat kebiasaan sering mengonsumsi makanan asin seperti ikan asin. Kebiasaan ini diperparah kurang aktivitas olahraga. Inilah penyebab utama mengapa banyak orang Indonesia yang tidak menyadari bahwa ia mengidap hipertensi.

 

Sebenarnya, untuk terhindar dari hipertensi, Kamu tidak perlu menghindari garam sama sekali. Bagaimanapun, garam dibutuhkan oleh tubuh selama jumlahnya tidak berlebihan. Upayakan Kamu mengonsumsi tidak lebih dari 5-10 gram (sekitar 1-2 sendok teh) garam dalam sehari, dan hindari MSG.

 

2. Orang Indonesia Banyak Mengonsumsi Makanan Berlemak

Faktanya, makanan berlemak dapat meningkatkan risiko penyumbatan kolesterol di pembuluh darah serta komplikasi hipertensi. Sebagai contoh, bila penyumbatan ini terjadi di jantung, maka dapat mencetus penyakit jantung koroner. Begitu pula jika penyumbatan ini terjadi di aliran darah yang menuju ke otak, maka lambat laun aliran udara ke otak akan berkurang sehingga dapat menimbulkan stroke. Karena itu, penting bagi orang Indonesia untuk memangkas asupan lemak jahat serta memperbanyak konsumsi serat dari buah-buahan dan sayuran.

3. Kebiasaan Merokok

Menurut data tahun 2018 yang berhasil dikumpulkan oleh Perhimpunan Hipertensi Indonesia, obesitas dan rokok menjadi penyebab utama di balik tingginya angka penderita hipertensi pada kelompok usia 18-22 tahun. Dari total 6.000 responden, sebagian besar mengaku sudah merokok sejak SMP. Padahal, semua racun yang terkandung dalam rokok, dapat membuat pembuluh darah mengeras dan meningkatkan tekanan darah.

 

“Jadi, sangat keliru jika ada anggapan bahwa masa muda merupakan masa yang aman untuk makan sembarangan dan merokok. Anak muda, justru harus menjaga asupan makan yang sehat, rajin berolahraga, dan berhenti merokok, agar terhindar dari masalah hipertensi di usia lanjut,” papar dr. Bambang.

4. Jarang Mengukur Tekanan Darah

Tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang bahkan belum pernah mengukur tekanan darah seumur hidupnya. Pola ini harus diubah. Biasakan untuk mengukur tekanan darah, minimal sebulan sekali. Bagi penderita hipertensi, dokter menyarankan memiliki alat pengukur tekanan darah, agar lebih mudah mengecek tekanan darah di rumah secara manual.

 

Mengukur tekanan darah dapat dilakukan sebelum dan setelah bangun tidur. Kenapa hal ini penting? Pasalnya, saat berada di rumah, pasien cenderung lebih tenang dan rileks, sehingga hasil pengukuran tekanan darah yang diperoleh pun biasanya lebih rendah dan lebih nyata. Dengan begitu, Kamu pun berpeluang lebih besar untuk memantau kondisi kesehatan, menerapkan gaya hidup sehat, serta mengelola stres dengan baik untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dari waktu ke waktu.

5. Jarang Berolahraga

Kesibukan membuat kita jarang berolahraga. Kalaupun bisa berolahraga, paling hanya di akhir pekan saja dengan intensitas tinggi. Cara berolahraga seperti ini sangat tidak dianjurkan karena justru dapat memicu serangan jantung dan stroke. Dokter spesialis hipertensi menganjurkan olahraga dilakukan rutin setiap hari, cukup 30 menit saja. Pilihan olahraganya pun ringan seperti berlari di pagi hari, bersepeda, latihan cardio, dan sebagainya. “Ada banyak keuntungan dari orang yang rajin berolahraga, antara lain laju detak jantungnya lebih stabil, sehingga tekanan darahnya pun cenderung lebih rendah daripada yang jarang berolahraga,” pungkas dr. Bambang.

 

Sebagai perbandingan, menurut penelitian yang dilakukan oleh NPO Hypertension Improvement Forum, di negara Jepang yang masyarakatnya menerapkan pola hidup sehat saja, tercatat sekitar 43 juta orang didiagnosis hipertensi. Diduga, penyebabnya adalah budaya kerja keras di Jepang yang rentan meningkatkan level stres bagi masayarakatnya. Berkaca dari Jepang, bila negara yang masyarakatnya terbiasa menerapkan gaya hidup sehat saja masih bisa bermasalah dengan hipertensi, maka sudah saatnya bagi masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan kesadaran diri.